Karhutla Kintamani Kian Meluas, Dampak Terjangan Badai Gusty Juga Bertambah

  • 20 Oktober 2019
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 2615 Pengunjung
istimewa

Bangli, suaradewata.com –Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di kawasan Kintamani, terus meluas. Kondisi ini kian diperparah lantaran dampak kemarau ekstrim dan terjangan badai gusty yang merupakan fenomena peralihan musim sehingga kondisi angin menjadi kian kencang. Dampaknya, jika pada hari Sabtu (19/10/2019), kebakaran tercatat di empat titik yakni di desa Kintamani, Batur Tengah, Batur Selatan dan Suter. Kali ini, Minggu (20/10/2019), dilaporkan titik bencana karhutla terjadi di desa Sekaan dan desa Subaya.

Hal ini diakui, Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Bangli, Ketut Agus Sutapa seijin Kalak BPBD Bangli, Wayan Karmawan. Selain itu, dampak terjangan badai gusty disebutkan juga telah menyebabkan kerusakan yang makin parah di desa Terunyan, Buahan hingga desa Songan. “Untuk kebakaran di desa Subaya dan Sekaan, mulai tadi terjadi. Sedangkan saat ini, kita masih melakukan upaya penanggulangan kobaran api di Penelokan,” sebutnya. Pasalnya, kobaran api yang terjadi sejak sabtu malam di wilayah Penelokan, sore tadi pukul 16.00 wita kembali muncul. “Untuk penanggulangannya, kita menerjunkan dua unit damkar Bangli dibantu truk tangki penyuplai air,” jelasnya.

Jika kobaran api terus membesar, pihaknya juga mengaku akan kembali meminta bantuan damkar dari kabupaten Gianyar dan Klungkung. Lanjut Agus Sutapa, pihaknya hingga saat ini belum memastikan kerusakan akibat bencana karhutla tersebut. “Kita masih focus melakukan penanganan terlebih dahulu. Untuk pendataan kerusakan, kemungkinan sekarang totalnya sudah mencapai puluhan hektar,” akunya.

Selain disibukkan untuk penanggulangan kebakaran, BPBD Bangli juga mengakui banyak mendapatkan laporan kerusakan bangunan baik berupa rumah maupun fasilitas public termasuk tempat suci akibat terjangan badai gusty. Yang terbaru menyebabkan sejumlah bangunan berupa bale gong dan bale pesantian di banjar Puseh, desa Terunyan, nyaris roboh. Tidak hanya itu, beberapa atap rumah dan palinggih di desa Buahan, juga roboh. “Selain itu, beberapa atap seng rumah warga di desa Songan, berhamburan diterbangkan angin. Termasuk restaurant Amora juga kena dampaknya,” jelasnya. 

Disebutkan, sejatinya fenomena badai gusty ini, terakhir pernah menerjang wilayah Bangli dan Kintamani pada tahun 2015. Namun saat ini, alurnya berubah meluas hingga ke Kedisan, Buahan dan sekitarnya. Untuk Bangli selatan kini aman. Angin kencang mulai terjadi dari perbatasan masuk desa Pengotan ke utara,” paparnya. 

Oleh karena itu, pihaknya kembali mewanti-wanti masyarakat untuk lebih waspada tidak hanya terhadap angin kencang. Tapi juga terhadap kebakaran hutan akibat kemarau panjang. Salah satu caranya, kata dia, masyarakat harus lebih sadar terhadap lingkungan dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan dan jangan dulu melakukan proses pembakaran sampah walaupun dilahan milik pribadi. Sebab, itu yang biasanya jadi pemicu. 

Selain itu, dampak terjangan fenomena badai Gusty selain menyebabkan puluhan fasilitas umum rusak, angin kencang akibat peralihan musim ini juga mengakibatkan tanaman pertanian dan Kuramba Jaring Apung (KJA) petani ikan di danau terbesar di Bali ini turut rusak. Hal ini juga memicu tingginya gelombang air danau. Dampaknya, puluhan KJA di kawasan Danau Batur mengalami kerusakan dan ikan peliharaan para petani lepas ke perairan bebas sehingga menyebabkan petani mengalami kerugian yang cukup besar.ard/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER