Kericuhan Hingga Pembakaran Atribut, Ritual Jelang Pesta Demokrasi?

  • 03 Maret 2019
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1681 Pengunjung
google

Opini, suaradewata.com - Dunia maya dan dunia nyata menjelang pemilu masih saja memberikan kisah pilu, hanya karena perbedaan pilihan. Acapkali seseorang menjadi mudah tersulut kemarahan. Seakan pesta demokrasi akbar kurang meriah jika tidak terdapat kelompok yang berperilaku barbar.

Di Sampang,Madura, telah viral video tentang pembakaran atribut kampanye yang bergambar pasangan calon nomor urut 01 Jokowi – Ma’ruf Amin. Dalam video tersebut, tampak massa melakukan pembakaran atribut Jokowi – Ma’ruf di tengah jalan.        Dalam video tersebut, massa terlihat membakar atribut kaos bergambar Jokowi – Ma’ruf Amin dan merusak alat peraga kampanye berupa baliho di tengah jalan.

Aksi pengrusakan dan pembakaran ini juga dibenarkan oleh AKP Kariyono selaku Kasat Intel Polres Sampang yang kebetulan berada di lokasi.Aksi tersebut diduga dilakukan setelah massa menghadiri acara kampanye capres nomor urut 02, Prabowo – Sandi di Sampang Madura.

Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Sampang Ahmad Fauzan Zaini, mengatakan, aksi pembakaran atribut kampanye Jokowi – Ma’ruf oleh sekelompok massa adalah provokasi.Menurutnya, tim Jokowi – Ma’ruf  tidak ada upaya dan kegiatan yang mengganggu calon lain. Apalagi, sampai dikabarkan ada penghadangan.Pihaknya menduga bahwa aksi (pembakaran) itu hanya untuk memprovokasi saja. Tim Jokowi – Ma’ruf di Sampang ingin bersaing secara sehat tanpa ada provokasi dan ujaran – ujaran kebencian.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi – Ma’ruf Jatim Machfud Arifin mengatakan, pihaknya sedang mengkaji kemungkinan untuk membawa aksi pembakaran atribut itu ke jalur hukum.Pihaknya lantas memberikan himbauan agar pendukung Jokowi – Ma’ruf Amin di Madura tidak terpancing dengan aksi massa yang ada dalam video tersebut. Semuanya harus bisa menahan diri dan jangan terprovokasi setelah melihat video itu, ujar Machfud.

Pihaknya juga menyesalkan terjadinya aksi – aksi anarkis semacam itu. Opsi hukum pun direncakanan bakal ditempuh. “Ingat, pendukung capres – cawapres 01 jangan ada yang membalas dendam dan menggelar aksi serupa,” tutur mantan Kapolda Jawa Timur tersebut.

Machfud juga menegaskan, bahwa tim pemenangan sama sekali tidak takut dengan aksi – aksi provokatif seperti itu.”yang penting kami tidak akan ikut cara – cara kekerasan seperti itu.Tetap santun dan terus bergerak secara masif. Lebih lanjut, pengrusakan dan pembakaran alat peraga kampanye itu jelas menyalahi aturan dan bisa masuk dalam ranah pidana.

Selain itu Madura yang selama ini menjadi basis Prabowo, mulai beralih ke Jokowi dan Ma’ruf Amin. Migrasi suara tersebut sangat terlihat terutama di Bangkalan dan Sampang, dan menjalar ke Sumenep dan Pamekasan.Aksi anarkis tersebut juga disinyalir karena ada potensi suara Prabowo yang tergerus besar – besaran di Madura, muncullah aksi anarkis tersebut. Sehingga massa pendukung Prabowo – Sandi melancarkan tindakan – tindakan yang menakut – nakuti.

Atas beredarnya video itu, TKD Jatim pun mendatangi markas kepolisian daerah (Mapolda) Jawa Timur, untuk konsultasi beberapa persoalan tersebut kepada Kapolda Jatim Irjem Pol Luki Hermawan.Salah satunya terkait tingginya tensi gesekan akibat insiden pembakaran APK dari paslon nomor urut 01, di Sampang Madura.

Dalam hal ini, aparat keamanan tentu begitu dibutuhkan di saat – saat seperti sekarang, hal itu demi mengantisipasi gesekan – gesekan massa, yang menurutnya berpotensi makin rentan menjelang agenda – agenda besar.

Pada kesempatan yang lain, kericuhan juga terjadi pada kegiatan kampanye capres nomor urut 02, Prabowo – sandi di kawasan Jalan Magelang Km 4,5 Sleman DIY. Kericuhan terjadi karena diduga ada penyusup yang memprovokasi massa.Insiden kericuhan terjadi di luar gedung lokasi pidato kebangsaan Prabowo di Grand Pacific Hall. Saat kericuhan terjadi, Polisi sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghalau gesekan. Polisi disebutnya fokus meredam emosi massa agar tidak menjalar ke bentrok fisik.

Akibat insiden kericuhan tersebut, mobil Roy Suryo, Toyota Harrier turut kena imbas dari insiden kericuhan kampanye Prabowo. Polisi pun mempersilakan jika Roy Suryo ingin membuat laporan resmi di kepolisian.Sementara itu, pada saat kericuhan terjadi, polisi sempat mengamankan satu orang dan memasukkannya ke dalam mobil polisi, saat kericuhan ia berada di lokasi lalu merekam pakai ponsel, lalu diamankan dari lokasi karena takut diduga mau dikeroyok massa.

Pihak kepolisian juga menyebutkan, bahwa polisi yang bertugas saat itu memang mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghalau gesekan sehingga tidak terjadi bentrokan yang lebih besar.

Tampaknya Pemilu memang selalu menyajikan kisah tersendiri. Perhelatan akbar lima tahunan ini pun tak ingin disia – siakan para calon pemilih yang telah yakin dalam menentukan pilihannya.Permusuhan dan kehancuran pun lahir karena sensitivitas dan fanatisme sebuah golongan akan pilihanya. Hal ini jelas merusak persatuan bangsa yang telah dirajut sejak dulu. Persatuan bisa diibaratkan seperti roh kehidupan, jika Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau, suku, ras, budaya dan agama tidak dipondasikan dengan semangat persatuan, maka tak heran jika mungkin suatu saat akan mengalami kehancuran.

Dari zaman kerajaan Kutai hingga Indonesia telah dipimpin oleh presiden ke-7, ujung pangkal perpecahan adalah minimnya semangat persatuan dan enggan menerima perbedaan.Tentu masyarakat yang berbeda pilihan presiden harus mengutamakan persatuan daripada beradu fisik, dengan adanya persatuan, maka akan lahir kekuatan untuk menciptakan bangsa yang besar dan memiliki peradaban.

Dedy Sunandar, Penulis adalah Pemerhati Sosial Politik


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER