Gong Kebyar : Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan Melalui Pendekatan Local Wisdom

  • 12 September 2018
  • 00:00 WITA
  • Jembrana
  • Dibaca: 3164 Pengunjung
istimewa

“... Nang nang neng nong ..... Neng nong ..... Neng nong .... Neng nong ....

   ...Nang nang neng nong .....  Nang neng nong ......  Goooonnnggg !!!”

Begitu kira-kira petikan bunyi bait akhir dari musik yang mengiringi tari “Puspanjali” yang dilantunkan melalui gamelan Bali Gong Kebyar, dan dimainkan oleh para pegawai sebuah kantor pelayanan perbendaharaan di Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara, KPPN Singaraja. 

Gong Kebyar merupakan musik khas gamelan Bali yang oleh KPPN Singaraja kini diolah secara apik dan unik menjadi sebuah inovasi dalam internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan, nilai-nilai yang menjiwai setiap pegawai Kementerian Keuangan dalam berperilaku, bekerja, dan berkinerja.

 

PENDAHULUAN

Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi Sebuah Institusi

Sebuah organisasi modern yang berbudaya sudah sepatutnya mempunyai nilai-nilai dan budaya organisasi yang bisa menjadi tuntunan bagi anggotanya dalam berperilaku dan berkinerja, disamping akan lebih memudahkan dalam mengarahkan sumber dayanya untuk mencapai tujuan organisasi. Nilai dan budaya organisasi dapat membentuk karakter dan mindset anggotanya. Lantas cukupkah hanya memilikinya? Tentu tidak ! Nilai-nilai dan budaya organisasi harus disosiallisasikan kepada seluruh anggota organisasi agar bisa difahami, dijiwai dan menjadi jatidiri sehingga membentuk sumber daya manusia yang berkarakter. Nilai-nilai dan budaya organisasi harus ditanamkan melalui berbagai pendekatan yang relevan secara konsisten dan berkesinambungan. Pendekatan penanaman nilai dan budaya organisasi pada anggotanya dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik masing-masing. 

Pendekatan Internalisasi Nilai dan Budaya Organisasi

Berbeda dengan peningkatan keterampilan sumber daya manusia yang bisa ditempuh melalui berbagai pendidikan dan pelatihan teknis, pembentukan sumber daya manusia yang berkarakter membutuhkan penanaman nilai-nilai dan budaya organisasi yang kontinyu dan berkesinambungan. Banyak cara yang bisa ditempuh dalam menanamkan nilai-nilai dan budaya organisasi, mulai dari internalisasi dan sosialisasi melalui kegiatan religius (pengajian), ceramah bimbingan mental, briefing berkesinambungan, permainan (games) dalam kegiatan capacity building, dan cara-cara lainnya. Cara/metode penyampaian nilai-nilai dan budaya organisasi kepada setiap individu bisa berbeda-beda, yang terpenting adalah tertanamkannya nilai dan budaya organisasi tersebut dalam setiap individu anggota organisasi sehingga mampu menggerakkan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan organisasi.

Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada KPPN Singaraja

Sebagaimana sebuah organisasi modern yang mempunyai nilai-nilai dan budaya organisasi, pun demikian dengan organisasi Kementerian Keuangan RI. Kementerian Keuangan mempunyai nilai-nilai yang menjadi tuntunan bagi seluruh insan Kementerian Keuangan dalam berperilaku, bekerja, dan berkinerja. Nilai-nilai Kementerian Keuangan yang mencakup Integritas, Profesional, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan, harus tertanam dan dijiwai oleh seluruh insan Kementerian Keuangan. Nilai dan budaya organisasi ini dibutuhkan terutama sejak bergulirnya reformasi pengelolaan keuangan negara yang menuntut adanya perubahan mindset. Dalam sebuah acara peluncuran buku “Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran” di Dhanapala, Jakarta, sekitar 9 tahun yang lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan telah menitipkan pesan agar semua individu konsisten dalam perubahan mindset dan cara kerja baru untuk mencapai kinerja yang maksimal. 

Penanaman nilai-nilai dan budaya organisasi Kementerian Keuangan akan mampu meningkatkan kualitas organisasi dengan efektif, bahkan sampai dengan saat ini masih terus diperlukan untuk menjaga, melanjutkan dan menuntaskan cita-cita reformasi pengelolaan keuangan negara. Internalisasi ini dilakukan oleh seluruh unit lingkup Kementerian Keuangan di seluruh nusantara dengan cara-cara dan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing unit. Ada yang menggunakan cara-cara lazim seperti rapat formal ataupun model capacity building, ada pula yang menggunakan cara-cara lainnya. Diatas semua pendekatan tersebut, ada sebuah model internalisasi dan sosialisasi yang cukup unik dan terbukti membuahkan hasil, yakni melalui pendekatan seni budaya dan kearifan lokal (local wisdom). 

Adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Singaraja, sebuah unit vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, sebagai salah satu unit yang telah membuktikan penerapan pendekatan seni budaya dan kearifan lokal ini. KPPN Singaraja membangun sebuah tim musik Gamelan Bali yang bertajuk “Gong Kebyar KPPN Singaraja” dengan motto “Siap mengguncang Dunia!”. Dengan pendekatan seni budaya gamelan Bali Gong Kebyar, KPPN Singaraja menanamkan nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada seluruh pegawainya. Gong Kebyar KPPN Singaraja didesain tidak saja sebagai sarana hiburan dan refresing setelah berkutat dengan tugas dan fungsi Kuasa Bendahara Umum Negara  seperti pencairan dana melalui penerbitan SP2D, melainkan juga menjadi media untuk menguatkan kekompakan dan kebersamaan. 

Lebih dari itu, Gong Kebyar KPPN Singaraja juga turut andil dalam upaya melestarikan budaya daerah yang merupakan unsur utama khasanah kebudayaan nasional. Melalui seni budaya lokal “Gong Kebyar”, KPPN Singaraja juga telah menyulap seni gamelan khas Bali ini menjadi sebuah inovasi yang mampu membangkitkan etos kerja dan menjadi media internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan bagi seluruh insan perbendaharaan KPPN Singaraja untuk mendukung terwujudnya cita-cita reformasi keuangan negara. 

Inspirasi Gamelan Bali “Gong Kebyar” dalam Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

Gong Kebyar KPPN Singaraja merupakan sebuah tim gamelan Bali yang seluruh penabuhnya adalah pegawai KPPN Singaraja. Musik tradisional khas etnik Bali yang terdiri dari berbagai alat musik gamelan seperti Gangsa, Kenong, Kempul, Kendang, Kecek, dan Gong ini diramu secara apik dan menghasilkan irama yang sangat rancak dan harmonis. Gong Kebyar KPPN Singaraja telah menjelma menjadi sebuah inspirasi dalam menanamkan Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan untuk menajamkan hati dan prilaku setiap insan Kementerian Keuangan KPPN Singaraja dalam bertindak sehari-hari, baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai-nilai Kementerian Keuangan yang meliputi Integritas, Profesional, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan, dapat diinternalisasikan melalui filosofi yang ada pada gamelan Bali “Gong Kebyar”. 

Nilai Integritas dapat digambarkan dengan filosofi bahwa berbagai jenis alat musik Gong Kebyar yang berbeda-beda, sebut saja Gangsa, Kenong, Kempul, Kendang, Kecek atau Gong, selalu mempunyai jati diri dengan bentuk dan nada suaranya masing-masing yang khas. Setiap penabuh juga selalu konsisten menabuh alat musiknya sesuai dengan ritme dan intervalnya masing-masing. Hal ini menunjukkan adanya keyakinan dan prinsip-prinsip kebaikan yang tak pernah goyah pada diri masing-masing. Dari sini pula nampak adanya nilai-nilai konsistensi, komitmen, dan kejujuran yang muncul dari kesenian gamelan ini. 

Nilai profesional diejawentahkan melalui kompetensi dan kapabilitas pegawai dalam menabuh gamelan dan bisa menghasilkan irama yang indah dan harmonis. Dengan ketekunan berlatih, para penabuh mempunyai kemampuan (profesional) dalam menabuh gamelan sehingga bisa menghasilkan irama yang indah, harmonis dan enak didengar. Sementara itu, nilai Sinergi diwujudkan dari kekompakan para penabuh yang antara satu dengan yang lainya saling bekerjasama dan saling melengkapi. Penabuh pertama akan dilanjutkan dengan penabuh berikutnya sesuai dengan nada dan ritme musiknya sehingga menghasilkan irama yang rancak. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika para penabuh tak bersinergi dan asal tabuh sesukanya sendiri. 

Nilai Kementerian Keuangan lainnya yaitu nilai Pelayanan tergambar dari kesediaan para penabuh untuk menghadirkan irama terindahnya untuk dipersembahkan bagi penabuh lainnya, dan terutama dipersembahkan untuk para penikmat gong (audience) sehingga mereka merasa terpuaskan (perspektif Customers’ Satisfaction) kaarena pelayanan yang dihadirkan oleh para penabuh. Terakhir, nilai Kesempurnaan dalam gamelan didapat karena adanya kemauan para penabuh untuk terus belajar dan berlatih dengan disiplin tanpa kenal lelah. Continuous Improvement terus dilakukan agar kualitas nggamel mereka semakin bagus dan  sempurna.

Nilai-nilai inilah yang terus diinternalisasikan kepada seluruh pegawai yang sekaligus para penabuh, bahkan menjadi jati diri perilaku para pegawai. Para pegawai senantiasa memahami dan memegang teguh makna dan filosofi dari nilai-nilai tersebut. Bahkan di sela-sela latihan selalu disisipkan ‘ceramah’ ringan tentang makna nilai-nilai tersebut. Para pegawai yang dalam dirinya telah tertanam nilai-nilai Kementerian Keuangan baik nilai kejujuran dan integritas, profesional dan sinergi, serta pelayanan dan kesempurnaan, tentu akan senantiasa bekerja melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. 

  

 

PENUTUP

Strategi penerapan nilai-nilai seni budaya dan kearifan lokal untuk membangun sebuah mental, mindset dan perilaku positif dalam membangun sebuah organisasi sangatlah efektif, karena nilai-nilai budaya lokal telah menyatu dan mengakar kuat membentuk watak dan perilaku masyarakatnya. Disamping itu, strategi ini juga efektif karena mudah dan murah dalam pelaksanaanya. Efektifitas internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan Gong Kebyar ini telah dibuktikan dari keberhasilan KPPN Singaraja dalam membangun kebersamaan, menjaga etos kerja, dan meningkatkan prestasi dan kinerja.

Strategi penanaman nilai-nilai dan budaya sebuah organisasi melalui pendekatan seni budaya dan kearifan lokal ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi unit lainnya. Oleh karena itu, beberapa hal dapat dilakukan oleh unit organisasi lainnya, yaitu : 

a. Menggali kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing, kemudian mempelajari dan memodifikasi untuk mendukung penanaman nilai-nilai dan budaya organisasi; 

b. Mengkomunikasikan dan mensosialisasikan nilai-nilai kearifan lokal tersebut kepada para anggota unit organisasi untuk difahami maknanya dan dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari; 

c. Memperluas penerapannya dengan melaksanakan public campaign dan  menjadi role model bagi unit-unit lainnya.

Dengan melaksanakan beberapa hal tersebut, diharapkan akan tertanam nilai-nilai dan budaya organisasi yang dimulai dari unit kecil tempat kita berada, dan pada gilirannya akan turut mewarnai praktik-praktik yang sehat dalam pengelolaan keuangan di negeri ini demi terwujudnya clean government and good governance, dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana cita-cita reformasi pengelolaan keuangan negara. Semoga !

 

Dari KPPN Singaraja untuk Indonesia !

Penulis : 

Slamet Mulyono

Kepala KPPN Singaraja, Kanwil DJPb Provinsi Bali

Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI

Disclaimer : 

Tulisan diatas adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili institusi

DAFTAR PUSTAKA

Budiwaty, Suci. 2011. Unsur Pembangunan Karakter Bangsa dalam Kearifan Lokal Bali. Proceeding PESAT (Psikologi Ekonomi Sastra Arsitektur & Sipil), Universitas Gunadarma- Depok, 18 -19 Oktober 2011. Vol. 4 Oktober 2011. ISSN: 1858-2559

Riadi, Mukhlisin. (17 September 2017). Pengertian, Fungsi dan Dimensi Kearifan Lokal. Kajian Pustaka. Retrieved December 4, 2017, from www.kajianpustaka.coom 

Sutanto, Zaenal & Dewi, Irma Kesuma. (November 2010). Kompilasi Pidato Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 2009. Jakarta : Biro KLI Kementerian Keuangan RI.


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER