Memperihatinkan, Meina Penderita Hydrocephalus Dengan Organ Mulut Mengalami Kecacatan

  • 16 Juli 2017
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3304 Pengunjung
suaradewata.com

Banglisuaradewata.com - Kondisi benar-benar memperihatinkan sungguh dialami bayi berusia dua bulan, Ni Ketut Meina Krisnawati, warga asal dusun Antugan, Desa Jehem  yang tinggal di dusun Belok, desa Yangapi, Tembuku, Bangli. Pasalnya, selain mengalami pembesaran kepala atau hydrocephalus sejak lahir, kondisi organ mulut, hidung hingga matanya mengalami kecacatan. Putri bungsu empat saudara dari pasangan Ni Made Sartini (37) dengan I Nengah Milu (41) sudah sempat dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan cairan dikepalanya di RSUP Sanglah. Namun, belum ada perubahan yang berarti. Sementara keluarganya yang berada digaris kemiskinan hanya bisa pasrah dan berharap mujizat untuk kesembuhan Meina.

Ditemui wartawan suaradewata.com di rumahnya, Minggu (16/07/2017) tampak Meina sedang tertidur lelap dikamarnya yang merupakan bangunan hasil bantuan dari rehab rumah . Ibunya yang baru datang dari kebun, melihat kedatangan sejumlah awak media, langsung mempersilakan masuk dan mengendong bayi malang tersebut. “Iya, beginilah kondisi anak tyang,” ungkapnya. Diceritakan, Meina lahir pada usia kandungan 8 bulan melalui proses persalinan dengan cara caesar di RSU Bangli pada tanggal 2 Mei 2017. Pada saat lahir, beratnya 3,8 kilogram dan panjang 49 centimeter. “Saat umur kehamilan saya delapan bulan, saya hanya berniat memeriksakan kandungan karena sudah bukan satu. Namun selama dua hari, di RSU Bangli tidak ada perubahan bukaan sehingga dioperasi ceasar,” ungkapnya.

Dokter yang terkejut melihat kondisi Meina, sempat tidak menginjinkan Sartini buru-buru melihat bayinya. “Tapi saya memaksa untuk bisa melihat anak saya, dan kondisinya sudah seperti ini,” jelasnya. Lantaran kondisinya tersebut, dua hari setelah lahir, anaknya langsung dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar guna penanganan lebih lanjut. 

Tim medis malakukan tindakan operasi untuk penyakit hydrocephalusnya. Selama sebulan Krisnawati menjalani perawatan di RSUP Sanglah. Kemudian rencana operasi pada bagian bibir dan hidung akan dilaksanakan setelah Krisnawati berusia enam bulan. "Hasil pemeriksaan dokter, organ dalam Meina tidak ada masalah. Namun untuk operasi lanjutan belum bisa saya lakukan karena masih ada upacara pengabenan,”  ungkapnya. 

Disinggung terkait biaya operasi, Sartini mengaku menggunakan jaminan kesehatan mandiri. Diakui, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, suami bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan rata-rata Rp 80.000 per hari. Sedangkan Sartini hanya ibu rumah tangga saja. Dengan kondisi fisik Meina yang tidak berkembang sempurna, hanya bisa minum susu dengan cara menggunakan sendok. "Saya kasi ASI tidak bisa, Kalau pakai dot, juga tidak bisa melihat kondisinya begini, sehingga terpaksa memberikan susu dengan sendok,” bebernya.

Meski demikian, secara umum diakui kesehatan Meina relative normal. “Syukur anak saya ini, juga tidak rewel sehingga kami tidak kesulitan merawat," tandanya. Disampaikan juga, selama masa kehamilan, Sartini mengaku tidak ada yang janggal, ngidam pun tidak Ia rasakaan. Dirinya mengaku rutin untuk memeriksakan kandungan di salah satu Bidan yang ada di Bangli. USG juga telah dilakukan, pada usia kandungan lima bulan. "Waktu USG tidak terlihat ada kelainan. Dan USG di usia delapan bulan, saya langsung melahirkan," tuturnya. Untuk diketahui, Meina adalah putri bungsu dari empat bersaudara yang kesemuanya lahir normal. Kakak pertamanya bernama Novi Krisna Cahya Dewi (13), kakak keduanya bernama Desi Krisna Cahya Lestari (12) dan kakak ketiganya bernama Komang Ayu Septiari (8). Terhadap penderitaan Meina, keluarganya hanya bisa berdoa dan berharap mujizat untuk kesembuhan buah hatinya itu.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER