Team Sergap Mabes AD Monitoring Bulog Tabanan

  • 14 Maret 2017
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 3209 Pengunjung
suaradewata.com

Tabanan, suaradewata.com – Team Serapan Gabah Petani (Sergap) Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) monitoring bulog Tabanan, Selasa, (14/03/2017). Monitoring tersebut untuk melihat dan monitor penyerapan beras yang ada di Bulog Tabanan. Yang nantinya pada tahun 2017 sampai bulan September, Bulog Tabanan harus mencapai target 1700 ton untuk menyerap beras di Tabanan. 

Ketua Team Sergab Mabesad Kolonel Inf. Agus Arif Fadila mengatakan dalam program Pemerintah di 6 bulan di 2017 sampai bulan September ini. Bulog Bali mendapatkan target untuk menyerap beras sebanyak 11500 ton. Kata Dia ada anggaran dari Pemerintah untuk di seluruh Indonesia dengan HTP Rp 3700,- perkilo untuk harga gabah. Yang seharusnya Rp 3300,- perkilo dan disubsidi oleh Pemerintah Rp 400,- menjadi Rp 3700,-. Kini sudah disiapkan uang untuk diseluruh Indonesia sekitar 256 miliyar untuk subsidi penyerapan gabah. Dan yang diutamakan sebetulnya adalah gabah dibawah kualitas dengan tujuan agar petani yang panennya tidak terlalu bagus bisa mendapatkan hasil. Sehingga kehidupannya tetap terjamin dan petani tidak mengalihkan pekerjaannya diluar pertanian. 

“Tetapi itu cocok di Daerah lain belum tentu cocok untuk di Bali, karena di Bali ternyata gabah dibawah kualitas tidak ada di Bali semuanya diatas kualitas, sehingga di Bali tidak diperintahkan untuk menyerap gabah dibawah kualitas, kecuali di NTB dan NTT,” ucap Kolonel Fadila. 

Dia menerangkan, sementara di Bali ada program Pemerintah yang dituangkan dalam luep yang menggunakan perpadi. Sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Daerah untuk menstabilkan ketahanan pangan di Bali. Untuk itu, nantinya jangan sampai ada persilangan dan pertentangan dengan Bulog. Antara Bulog dan Perpadi nantinya harus bersinergi bersamaan meski gabah diatas kualitas. Sedangkan untuk Bulog Tabanan sendiri, daya serap beras harus mencapai target 1700 ton hingga bulan September 2017. 

“Tapi kualitas itu tidak seragam, ada madya (medium), yang madya lah diambil bulog sehingga layak dihargai Rp. 3700 perkilo, yang utama (premium) ambilah oleh Perpadi, jangan sampai masyarakat petani Bali menjadi rugi, harusnya dia bisa menjual Rp. 4500 perkilo, dipaksa menjual Rp. 3700 perkilo, akhirnya Dia bukan meningkat kehidupannya malah menurun, tapi yang pantas lah, kalau madya mungkin Rp. 3700 pantas, yang utama yang bagus ya biar dibeli Perpadi, sehingga Perpadi dan Bulog bisa berjalan sejajar,” terangnya. ang/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER