Fenomena Baru Cermin Kesesatan Berkedok Jihad

  • 09 Agustus 2014
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1282 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Jika Anda penikmat tontonan televisi, pasti Anda tidak asing lagi dengan video yang sedang marak diperbincangkan di program-program berita stasiun televisi Indonesia. Video yang berdurasi kurang lebih delapan menit ini diunggah oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berjudul “Ayo Bergabung”. Video tersebut menyatakan kewajiban umat Muslim untuk bergabung dan memberikan dukungan bagi kelompok tersebut.

Dalam video tersebut tampak sosok berciri Indonesia  yang mengaku bernama Abu Muhammad Al Indonesi tampil berapi-api meminta dukungan rakyat Muslim Indonesia lainnya untuk mendukung perjuangan ISIS. Ini merupakan video terbaru setelah sebelumnya dua warga Australia juga tampil dalam video serupa yang dirilis sebulan yang lalu. Tentu hal ini meresahkan Indonesia,salah satunya presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Fenomena ISIS di Indonesia direspons cepat oleh presiden ke rapat kabinet terbatas (ratas) yang diselenggarakan di Kantor Presiden. Beberapa jajaran kabinet Indonesia terkait hadir pada rapat tersebut. SBY menyatakan bahwa menurutnya, setiap negara memiliki undang-undang, sistem dan kebijkan supaya masyarakatnya tidak terombang-ambing. Kita paham mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Dinamika di negara Timur Tengah banyak mendapat perhatian dan  kepedulian dari masyarakat kita. Itu yang patut kita perhatikan sekarang ini. Pendapat dari presiden inilah yang dapat menjadi batu pijakan rakyat Indonesia untuk menentang tindakan radikalisme masuk ke Indonesia dengan tetap bangsa Indonesia berempati dengan masyarakat Timur Tengah namun tetap sesuai dengan aturan main dan etika internasional.

Ajakan provokasi untuk bergabung dengan ISIS  merupakan salah satu bentuk dari ketidakpuasan kelompok tertentu. Seseorang yang bergabung dengan ISIS maupun bentuk kelompok radikalisme lainnya merasa dirinya tidak mendapatkan hak-haknya, namun sikap tersebut tidak dapat dibenarkan ketika menggunakan cara-cara radikalisme dan kekerasan yang justru bertentangan dari ajaran agama yang menjadi alasan perjuangannya, apalagi ketika bertentangan dengan dasar sebuah negara yaitu Pancasila.

Sebuah tindakan yang kurang bijaksana apabila kita menyalahkan negara dan pemerintah  bila kita tidak dapat memenuhi hak yang dituntutnya, mengingat hak tersebut sangatlah bertentangan dengan dasar dan kepentingan negara. Keinginan untuk memisahkan diri, merubah bentuk dan dasar negara serta mencari keuntungan diri sendiri, dengan menggunakan kedok agama yang sejatinya suci merupakan tindakan yang tidak terpuji. Jihad seharusnya tidak menjadi alasan untuk mengingkari keberadaan dan kedaulatan NKRI. Jihad dan nilai-nlai luhur agama yang lain seharusnya menjadi pedoman untuk membuat kita semakin berpikir dengan akal sehat agar tidak melakukan tindakan bodoh yang merugikan diri sendiri, bangsa, dan negara.Ada 3 hal yang harusdiingatdalamhalinibahwa Indonesia menolakdengantegaseksistensi ISIS, antaralain :masyarakat Indonesia adalahmasyarakat yang berjiwanasionaliskebangsaan yang tinggisedangkan ISIS memilikidasar yang tidaksesuai, ISIS melanggarperaturandanhukuminternasionaldan ISIS menggunakankekerasandalammewujudkancita-citanya.

Jadi,mari kita bersama-sama mencegah semakin meluasnya pemikiran radikalisme yang mencoba merongrong eksistensi NKRI dan Pancasila.. Bangsa yang sebagian besar sudah baik, menuju ke arah yang semakin baik, hanya perlu sedikit perubahan moral dan mental dari rakyatnya.  Moral yang seutuhnya dipenuhi oleh kemampuan beripikir bijaksana dan tidak mudah digoyahkan dengan penyesatan atas dalih agama yang sesungguhnya justru pembodohan terhadap umat. Saat ini yang dibutuhkan adalah berjihad untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan bangsa dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai nilai kebaikan yang tercermin dalam setiap ajaran Agama yang benar.

Yosita Nur Rahmah : Penulis adalah pewarta masyarakat aktif pada Kelompok diskusi Arus Kebajikan Madani untuk Kerukunan.

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER