Geothermal Bedugul Lebih Baik dari Reklamasi Teluk Benoa

  • 07 Mei 2015
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 3507 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Di tengah masih memanasnya pro dan kontra terkait rencana reklamasi di perairan Teluk Benoa, investor dari PT Tenaga Bumi Bali (TBB) justru mengorek "luka lama" rakyat Bali. TBB malah ingin melanjutkan proyek panas bumi atau geothermal Bedugul.


Tepatnya tanggal 4 Mei lalu, TBB bertandang ke Gedung DPRD Bali. Mereka mempresentasikan rencana melanjutkan megaproyek yang ditolak masyarakat Bali tahun 2005 itu, di hadapan Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Korry dan Komisi III DPRD Bali. 

Ini seperti mengungkit kembali masa-masa dimana hampir seluruh elemen di Bali, menolak megaproyek geothermal Bedugul. Meskipun, hal ini tidak terjadi di Gedung Dewan di Renon. Sebab, rata-rata wakil rakyat seperti memberikan "lampu hijau" untuk geothermal Bedugul.

IGK Kresna Budi, misalnya, dengan tegas mengatakan bahwa dirinya setuju dengan rencana TBB melanjutkan megaproyek geothermal Bedugul. Sebab, geothermal diakui politisi Golkar asal Buleleng itu, tidak akan merusak lingkungan serta energi yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali ke depan.

Ia pun mempertanyakan alasan penolakan atas megaproyek ini, termasuk penolakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut dia, jika benar ada penolakan, maka alasan dan argumentasinya harus jelas.

"Kita diskusikan baik-baik. Kalau tolak, harus jelas argumentasi dan kajiannya. Ingat bahwa kita jangan hanya memikirkan Bali saat ini, tetapi Bali jauh ke depan," ujar Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Bali itu, di Denpasar, Kamis (7/5).

Menariknya, Kresna Budi lebih sepakat untuk menolak reklamasi di perairan Teluk Benoa, karena belum jelas keuntungan yang akan didapatkan Bali. "Kenapa yang jelas-jelas positif seperti geothermal Bedugul justru ditolak? Malah yang gak jelas seperti reklamasi Teluk Benoa malah diterima," tegasnya.

"Bagi saya, lebih baik proyek geothermal Bedugul daripada reklamasi di perairan Teluk Benoa," tandas Kresna Budi, yang juga anggota Komisi I DPRD Bali.

Sementara itu secara terpisah Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi Bali Wayan Adnyana, mengatakan, nasib kelanjutan megaproyek tersebut sangat tergantung pada masyarakat. Jika masyarakat setuju, maka geothermal Bedugul akan dilanjutkan. Sebaliknya jika ditolak, maka keinginan investor akan ikut pupus.

"Kuncinya ada di masyarakat. Kalau masyarakat setuju, ya, itu akan mulus. Tetapi jika masyarakat tolak, jangan dipaksakan," kata politisi Partai Demokrat asal Tabanan itu.

Ia tak menampik, beberapa waktu lalu PT TBB memang sudah mempresentasikan tentang keunggulan geothermal Bedugul di hadapan Komisi III DPRD Provinsi Bali dan Wakil Ketua Dewan, Nyoman Sugawa Korry. Namun, tidak ada keputusan apapun dari dewan pada kesempatan tersebut.

"Kami hanya memberikan kesempatan kepada investor untuk mempresentasikan, dan bukannya langsung mengambil keputusan," papar Adnyana, yang juga anggota Komisi III DPRD Provinsi Bali.

Dari hasil presentasi PT TBB, imbuhnya, memang dari sisi lingkungan, aturan dan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), megaproyek geothermal Bedugul tak ada persoalan. PT TBB juga mengaku siap melanjutkan proyek tersebut.

"Tetapi dulu kan persoalan utamanya hingga ditolak masyarakat, terkait kawasan suci. Dan soal kesucian ini, saya tidak bisa berkomentar," pungkas Adnyana. san


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER