Wikan Lahir Tanpa Tempurung Kepala dan Kelainan Pertumbuhan
Jumat, 03 Januari 2020
21:30 WITA
Gianyar
4293 Pengunjung
suaradewata.com
Gianyar, suaradewata.com – Bayi tanpa tempurung kepala berusia tiga bulan tersebut lahir dari pasangan I Wayan Dharmayasa (27) dan Desa Ketut Sepiari (26). Anak ketiga dari pasangan yang tinggal di Banjar Kenanga, Batuyang Kangin, Desa Batubulan, Kecamatan Batubulan diberi nama Ni Komang Wikan Septiana.
Tidak hanya lahir tanpa tempurung kepala, Ni Komang Wikan Septiana juga memiliki kelainan pada kaki dan tangannya. Selain itu, bayi tersebut harus dibantu dengan oksigen karena paru-parunya lebih kecil dari ukuran bayi normal. Meski demikian, Desak Sepiari berharap anaknya itu bisa berumur panjang saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/1/2020).
Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan anak nomor tiganya tersebut lahir pada (23/09/2019) lalu dengan cara operasi cesar di Rumah Sakit Bhakti Rahayu. Sebelum melahirkan ia pun secara rutin melakukan kontrol ke dokter kandungan. “Kontrol setiap bulan, pas waktu umur tiga bulan kandungan baru tahu kaki sama tangannya bengkok-bengkok. Saat diperiksa dibilang kelainan, dokter yang menanganinya menjelaskan secara medis tidak boleh melanjutkan kehamilannya,” jelas dia.
Perempuan asli Banjarangkan, Klungkung itu pun menanyakan keluarga besarnya untuk mencari solusi bagaimana dengan kelanjutan anak ketiganya tersebut. “Saya tanya kepada keluarga besar, cerita kondisinya seperti itu dibilang tidak apa-apa. Napi je pica, nika tunas (apa yang diberi, itu saja diterima), begitu usul keluarga. Makanya saya lanjutkan kehamilannya, kalau selamat semoga anak ini berumur panjang meski terdapat penyakit komplikasi,” bebernya.
Kondisi anaknya yang stunting itu pun telah diketahui sebelum ia melahirkan, sedangkan ditambah lagi tanpa tempurung kepala ia baru mengetahui paska melahirkan di rumah sakit. Setelah ia melahirkan sempat bertanya-tanya kenapa anaknya tidak diberikan kepadanya untuk diberi ASI tetapi harus dirawat di inkubator. Saat dilihat ternyata anaknya dalam kondisi seperti lemah tanpa tempurung kepala.
“Tidak boleh sembarangan diambil, takutnya kejang. Kurang lebih ada lima hari dirawat di inkubator. Saat pulang minum susunya bagus, waktu umurnya mau dua bulan sempat sakit dan batuk sudah diberi obat, mau sembuh. Setelah itu kambuh lagi, nafasnya sesak sehingga harus dilarikan lagi ke rumah sakit Sanglah Denpasar. Dari diagnose dokter banyak komplikasinya dan gagal pertumbuhan, sempat dirawat sejak (29/11/2019) sampai (23/12/19),” ungkapnya.
Desak Sepiari menambahkan, sampai saat ini anaknya itu harus disiapkan oksigen di rumah. Meski hanya digunakan waktu tertentu saja, peralatan yang digunakan pun harus siap sedia dikamarnya. Untuk alat oksigen saja, ia total mengeluarkan uang pribadi sebesar Rp 2 juta lebih. Sedangkan untuk isi ulang oksigen setiap harinya bisa sebesar Rp 75 ribu.
“Pengobatannya pakai BPJS Kesehatan, tetapi kalau beli peralatan ini ya pribadi. Untuk saat ini kepalanya tidak bisa mengeras, tapi untungnya ditutupi oleh kulit kepala dan rambutnya. Astungkara, kalau selamat diberi umur panjang,” jelas perempuan yang harus cuti panjang untuk merawat buah hatinya.
Kedepannya, terkait anaknya itu ia mengaku masih fokus dalam pernafasan saja. Untuk kepalanya masih menunggu pertumbuhan kedepan, apakah bisa dioperasi ataupun diberikan cangkok karena jika tidak ditangani bisa mengarah ke hidrocepalus. “Padahal waktu hamil normal, hanya bedanya saat hamil dia kurang aktif di perut. Beda sama kakak-kakaknya yang aktif,” imbuhnya.
Desak Sepiari juga mengaku sangat tabah, dan tulus merawat anak ketiganya tersebut. Terlebih pada (06/01/2020) ini akan diupacarai tiga bulanan. Sedangkan anak pertama dan keduanya lahir kembar secara normal. gus/ari
Komentar