PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Gagal Perjuangkan Kepentingan Bali di Kongres, Kader Kritik Koster

Senin, 13 April 2015

00:00 WITA

Denpasar

3577 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Denpasar, suaradewata.com - Kongres IV PDIP sudah selesai. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri, dalam sambutannya di acara penutupan, bahkan secara khusus mengapresiasi pelaksanaan kongres kali ini.

Ia menyebut, Kongres IV PDIP lebih baik dibandingkan kongres sebelumnya. Hanya saja, penilaian berbeda justru disampaikan oleh pengamat politik dan kader PDIP.

Mereka berpandangan, Kongres IV PDIP justru gagal. Bahkan khusus untuk Wayan Koster, Ketua Panitia Kongres IV PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Bali, dikritik kader karena dinilai gagal memperjuangkan kepentingan Bali selama kongres berlangsung.

"Tiga kali Kongres PDIP digelar di Bali, secara teknis memang berjalan dengan baik. Tetapi apa yang menjadi kepentingan Bali, justru tidak disuarakan di arena kongres, terlebih dalam Kongres IV ini," kata salah seorang kader PDIP, di Denpasar, Senin (13/4).

Hal ini, dinilainya sebagai salah satu bukti kegagalan Koster. Kegagalan lainnya, menurut dia, Koster bersama PDIP Bali justru tidak bisa menempatkan lebih dari satu kadernya untuk duduk sebagai pengurus DPP PDIP masa bakti 2015-2020. "Periode lalu satu orang, sekarang juga satu orang. Itu pun orangnya yang sama," tutur sumber ini.

Bagi sumber ini, dengan hanya menempatkan Made Urip di DPP PDIP, maka Koster dan PDIP Bali sesungguhnya telah gagal memanfaatkan momentum kongres kali ini. "Demokrat saja, bisa akomodir dua orang kader dari Bali di DPP. Partai Golkar juga akomodir sampai tiga orang. Kenapa PDIP hanya satu orang?" tandasnya.

Yang paling mengecewakan, kata dia, nama Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi justru gagal diperjuangkan masuk barisan DPP PDIP. Padahal, mantan Ketua DPD PDIP Provinsi Bali yang kini duduk sebagai anggota DPD RI itu, merupakan figur pemersatu di PDIP Bali.

"Ini sangat kita sesalkan. Ada kesan, Koster dan kawan-kawan mengerdirkan peran Cok Rat (sapaan akrab Oka Ratmadi, red). Padahal, Cok Rat itu adalah figur pemersatu kita di Bali ini," tuturnya.   

Selain soal internal partai, kegagalan juga dapat dilihat pada isu-isu aktual di Bali yang justru tak diperbincangkan di kongres. Padahal, ada beberapa isu seksi di Bali yang sesungguhnya butuh perhatian PDIP sebagai partai penguasa.

"Mengenai reklamasi Teluk Benoa, perjuangan otonomi khusus untuk Bali, peraturan perundang-undangan yang tidak memihak kepentingan Bali, sama sekali tidak dibahas di kongres. Lalu apa manfaatnya kongres ini bagi masyarakat Bali?" kritiknya.

Kritik senada juga sebelumnya dilontarkan pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Dr. Nyoman Subanda. Menurut dia, dari arena Kongres IV PDIP tidak terdengar hasilnya berupa tawaran program dan solusi untuk mengurai berbagai persoalan kompleks masyarakat Indonesia.

Demikian pula dengan pidato Megawati Soekarno Putri, dipandangnya tidak berisi gagasan untuk kepentingan bangsa ke depan. Selain tak berdampak untuk kepentingan rakyat secara nasional, Subanda secara khusus juga tak menemukan sumbangan nyata Kongres IV PDIP untuk kepentingan Bali ke depan.

"Mungkin dampak langsung selama kongres berlangsung, ada. Tetapi Bali yang menjadi wajah terdepan Indonesia di mata internasinal yang menyimpan berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan serius, justru tak disinggung di kongres," papar Subanda.

Seharusnya, kata dia, Kongres PDIP merumuskan program nyata untuk dijalankan pemerintah bagi kepentingan Bali. Namun sayangnya, pidato Megawati sekalipun sama sekali tak menyentuh upaya untuk mendorong partainya "bekerja" bagi Bali.

Megawati justru hanya membicarakan soal ikatan historis Bali, dalam perjuangan PDIP selama ini. "Bali tidak dapat apa-apa, selain sebagai tempat penyelenggara kongres," ujar Subanda. san


Komentar

Berita Terbaru

\